Jumat, Mei 30, 2008

tea, honey?

Saya tau nona, anda hebat. Segala anda punya. Segala anda raih. Saya tau itu, nona. Saya tau. Anda hebat. Anda kuat. Tak kenal lelah melangkah. Sementara saya, nona, anda tau sendiri. Saya seringkali tersuruk-suruk langkah, jatuh, seorang diri, tanpa seorang pun tahu, tanpa seorang pun mengulur tangan. Saya hanya bisa merintih, dan lalu bangkit, berdiri, sendiri, tanpa seorang pun bersimpati, berempati.

Saya tau nona, anda hebat. Juga anda penuh pesona. Anda bak samudera, tempat semua sungai bermuara. Anda selalu memukau banyak orang. Anda tiada kurang suatu apa. Anda nyaris sempurna. Saya tau itu, nona, saya tau. Anda begitu banyak pemuja, banyak pendamba. Banyak pria di sekeliling anda. Sementara saya seorang diri, nona, terabaikan setiap orang, tak dipedulikan sesiapa juga.

Saya tau nona. Betapa anda dan saya bak langit dan bumi. Meski sebenarnya jarak raga tak terlampau jauh adanya. Bahkan kita pernah bersidekat tubuh. Tapi jarak siapa anda siapa saya itu, nona. Saya ragu mampu mengatasinya. Dan saya tau, nona, anda takkan pernah teraih oleh diri saya. Paling bisa saya perbuat tak lebih dari sekedar berilusi, bermimpi, memiliki dan dimiliki anda. Selebihnya, tak.

Tapi taukah engkau, nona. Hati kiranya memang tiada tau diri. Hati tak pernah paham apa yang kita sebut sebagai “rasional” dan “logis”. Hati buta tetapi jujur, polos. Ia tak kenal rumus atau pun kriteria-kriteria. Ia maui yang apa adanya. Hati menangkap dan merasai segala yang tak terjangkau panca indra, juga otak yang berisi pikiran itu. Hati, nona, hati, asal mula segala kebaikan manusia. Asal mula segala cinta. Tak hanya pada lain jenis tapi juga pada seluruh semesta.

Maka tak bolehkah bila hatiku jatuh cinta padamu, nona. Salahkah ia. Lancangkah ia. Karena telah memilihmu tuk dijatuhcintai. Saya sendiri tak pernah tau apa gerangan alasan ia memilih engkau, nona. Dan inilah nampaknya yang membuatku jatuh pada dilema. Bimbang bukan buatan. Karena kau takkan tergapai olehku. Sementara hati berhasrat padamu semata. Tak mau berpaling pada yang lain; pada yang sesama bumi; bukan pada langit yang membentang jarak tiada terukur, tiada terseberangi.

Ah, entah, nona. Saya tak tau…

malam sunyi & melankoli,

diiringi tembang “flying without wings”-nya westlife,

sehabis membacai ”broken wings” karya Gibran,

sembari mengilusikanmu, nona…

-+*^^%$$##@!!~!~!~*((^%$$@##@!!!@

Tidak ada komentar: