Selasa, Desember 16, 2008

senggama hujan

[what the hell uu app!]

Di luar, hujan tumpah meruah. Selaksa langit sedang menyenggamai bumi. Mengguyurkan segenap rindu dalam persetubuhan menderu-deru, bergolak penuh nafsu.


Kuhampiri tubuhmu kekasih, di atas ranjang biru

penuh rindu. Kukuliti tubuhmu dari busanamu

satu per satu. Kucumbui keningmu, pipimu,

bibirmu, dengan syahdu jiwaku. Kukecupi lehermu

bersemu merah. Kujilati buahdadamu dan sekujur tubuhmu,

dengan nafas menderu memburu. Dan kau mendesah

dirajah gairah, memerah. Lalu kau bimbing zakarku

masuk lembut perlahan ke dalam guagarbamu.

Engkau pun mendesah dalam tiap hentakan

pelan penuh nafsu. Juga aku. Kita hayati tiap

hentakan, tiap gesekan berlumur kenikmatan. Selaksa

tangan lembut sang ibu mengelus penuh kasih

tubuh si bayi. Lalu kau mendesah panjang, mengerang

mengejang, merapat memeluk tubuhku erat-erat.

Zakarku terlumat nikmat garbamu. Dan aku pun

menyusulimu dengan erangan kenikmatan, dengan

cairan kehidupan memancar memeluk dinding

peranakanmu. Hangat, katamu dengan syahdu.

Lalu kau lepas pelukanmu di bidangdadaku.

Mari kita ulangi sekali lagi, pintamu.

Mengapa tidak, jawabku.


Dan aku pun serasa lupa pada segala kesakitanku, pada semua sumpah-serapahku terhadap hidup –selaiknya tumpahan hujan mengobati dukalara pepohonan nan ranggas disiksa kemarau panjang.

Kau, masihkah peduli padaku?

dinihari 16 desember 2008

memelukmu eratlekat dalam khayalanku

kenapa kau begitu jauh tak terengkuh…


Tidak ada komentar: