Selasa, Desember 16, 2008

hidup seumpama buku

Hampir semua penikmat novel pasti kenal nama Sidney Sheldon. Tapi agaknya tak banyak yang tahu bahwa novelis masyhur itu, yang buku-bukunya jadi best-seller di mana-mana, pernah berniat bunuh diri. Dan itu terjadi jauh hari sebelum ia jadi pengarang tenar seperti saat ini.

Sang ayah, saat memergoki Sidney muda yang hendak mencoba bunuh diri, berkata: Sidney, aku tahu engkau tengah putus asa. Tapi tidakkah kau tahu, hidup tak ubahnya sebuah buku. Saat kau tengah mendapati kisah buruk di dalamnya, janganlah tergesa-gesa untuk menutupnya. Kita tak pernah tahu kelanjutan ceritanya hingga kita tuntas membacanya.

Dan Sidney muda pun mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

Kalimat bertuah sang ayah itulah rupanya yang turut mengubah arah hidupnya. Kita bisa bayangkan, bagaimana bila Sidney muda tergesa-gesa menutup “buku”-nya sebelum menuntaskan hingga “halaman” terakhirnya, tentu tak akan pernah kita dapati namanya tertoreh di antara deretan buku-buku sastra berkelas dunia.

Dan bila hidup adalah sebuah buku, saya ingin buku itu adalah buku puisi. Karena, anda telah paham tentunya, puisi selalu menyimpan misteri di dalam dirinya; ia senantiasa menawarkan tafsir yang beraneka-ragam dan bebas kepada tiap penyimaknya –bukan seperti buku ilmiah yang baku, kaku, dan garing.

Ayah Sidney benar, hidup memang tak ubahnya buku…[]


1 komentar:

Anonim mengatakan...

om, buka emailnya ya, qt a/n Insaf skr bikin group, di add ya. pake fasilitas facebook. dari Wiyanto Suud