Senin, Februari 18, 2008

Pluralitas & Peradaban

Pluralitas & Peradaban


Setiap kali membaca catatan sejarah, kerap saya terpekur memikirkan apa-apa yang terjadi di sepanjang peradaban manusia. Ada banyak ceceran darah dan cucuran air mata di sana. Banyak rentetan perang yang saya jumpai dalam berbagai literatur sejarah. Perang dengan beragam alasan. Namun perang dengan apapun alasan, tetaplah ia perang yang menelan nyawa dan harta benda, serta menaburkan benih-benih dendam pada pihak yang kalah, sembari memicu pihak yang menang untuk terus mengobarkan perang yang lebih besar lagi. Perang tiada nampak akan berkesudahan. Ribuan tahun lamanya peradaban manusia dibangun dengan banjir darah dan air mata. Sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan jauh sebelum itu, hingga zaman peradaban Barat saat ini, perang tiada pernah tertuntaskan. Superioritas terus dibangun, dan kesumat dendam semakin meluas. Lantas muncul pertanyaan berat dalam diri saya: tak bisakah peradaban manusia dibangun tanpa ada darah yang tertumpah di atasnya? Saya yakin, bila mengacu pada catatan sejarah, tak seorang pun akan berani memberikan jawaban: “bisa”.

Dan kalau kita jeli menyimak catatan sejarah, wilayah yang terus beriak dan bergolak di seluruh belahan bumi, dari dulu hingga kini, tak lain adalah Timur Tengah—tanah para Nabi. Kenyataan demikian membuat saya banyak diliputi pertanyaan cemas: gagalkah nilai-nilai mulia agama, yang dikhotbahkan oleh para utusan Tuhan ribuan tahun lalu itu, dalam memperbaiki moral umat manusia? Saya tak mampu menjawabnya. Orang-orang Timur Tengah, yang berada paling dekat dengan titik keotentikan risalah agama, ternyata justru yang paling banyak bersengketa dengan sesamanya. Entahlah, saya tak kuasa memikirkannya. Yang jelas, sejarah ditatahkan oleh manusia, bukan oleh apapun di luar manusia. Manusia adalah makhluk penuh alpa dan kedaifan/kelemahan. Dan berjalannya sejarah banyak diwarnai oleh dua hal tersebut. Sedangkan darah itu sudah muncrat tatkala Qobil, putra manusia pertama, Adam, membunuh saudara kandungnya sendiri, Habil.


Merayakan pluralitas

Lantas bagaimana dengan obsesi manusia akan perdamaian dunia? Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk mewujudkan impian segenap umat manusia akan kehidupan yang diselimuti perdamaian dan persaudaraan tak lain adalah menghargai pluralitas di tengah masyarakat. Sudah asalinya bahwa manusia ditakdirkan untuk berbeda satu sama lain. Dan Tuhan tak pernah membuat umat manusia menjadi satu kesatuan yang seragam dalam hal apapun. Manusia ditakdirkan hidup dalam aneka keragaman: etnis, ras, bahasa, bangsa, juga agama. Karena dalam keragaman, Tuhan hendak menguji kapasitas dan kapabilitas umat manusia dalam membangun peradaban di dunia ini. Peradaban yang luhur hanya bisa dibangun pertama-tama apabila umat manusia saling menghargai satu sama lain dalam pluralitas apapun—entah itu etnis, agama, dan sebagainya. “Pluralitas adalah rahmat,” kata seorang utusan Tuhan. Semua entitas dalam keberagaman memiliki derajat yang sama tinggi di alam dunia ini—dan sudah sepatutnya tak saling merendahkan yang lain. Dan melalui sikap saling menghormati dalam pluralitas, jalan menuju perdamaian dunia terbuka untuk ditapaki, dan impian umat manusia akan terciptanya perdamaian abadi bukanlah hal yang absurd—sekalipun nampak seperti titian rambut.

Salam Persaudaraan...



3 komentar:

Anonim mengatakan...

hmmm, :) berat memang kalau sudah ngomongin peradaban. Tp diantara peristiwa yg penuh darah, ada juga sebenarnya masa dimana konsep
"sejahtera dan toleransi" itu benar2 ada...

^_^, kalau boleh kasih refrensi, Imperium III juga punya catatan yg menarik dan ringan untuk dibaca mengenai sejarah peradaban dari abad ke abad ^_^

Anonim mengatakan...

gak usah banyak-banyak mendewakan buku atau sejarah mas, bahkan banyak orang menuhankan buku, tapi hasil ahir = 0 (nol) karena tidak mengamalkan dengan baik, ilmu gak usah banyak-banyak sedikit tapi manfaat dengan mengamalkannya, lebih gampangnya kalau anda bisa baca surah al-fatihah amalkan saja. itu yang bisa menyelamatkan anda di dunia dan akherat. buka ratusan, ribuan buku, bahkan jutaan buku karangan tangan2 penuh dosa. aku berani pertaruhkan 1 surah dalam al-qur'anul karem dengan jutaan buku2 koleksimu tentang hidup... gak ada bandingannya mas... kalau saya lihat tulisan2 anda bahwa anda banyak sadar dengan kesalahan anda bahkan ada yang minum kopi dan air saat ramadhan tapi kata2 anda salah : "bahwa anda hanya sadar/tau bahwa itu salah tapi tidak menyadari tuk dihindari itu artinya ilmu anda tidak manfaat. anda juga tau ada istri orang.

Anonim mengatakan...

jangan nyelonong begitu saja mengambilnya, memfitnah sesuatu yang tidak benar dan merayu dengan kata2 manis dan bujuk rayu palsu hanya untuk sekedar pesta sex yang di rencanakan dengan teman2mu..., kalau aku baca tulisan2 blogmu.. anda juga alumni MUHAMMADIAH tolong jangan mempermalukan organisasi keagamaanmu. kalau gak yakin dengan Tuhan jangan mempercayai-Nya dengan kemunafikan dan kefasikan dalam hatimu dan kata2 manis sehingga tampak kau meng imani Tuhanmu padalah busset, tapi kalau kamu yakin dengan Tuhan ada mudah kalau ingin selamat di dunia akherat, hanya ada 4 syarat selamat dunia akhirat.. iman Tuhan YME & Muhammad Rasulullah, berbakti pd 2 ORang Tua, menjalankan perintah dan menjahui laranganNya, mengamalkan ilmunya dengan kebaikan.. kepandaianmu jangan kau buat senjata dengan merayu istri orang atau menghianati seseorang... dan kebanyakan seorang penulis mayoritas mereka2 orang yang pengecut pecundang dan tidak berani melawan kerasnya dunia, tak punya sifat kesatria, selalu lari dari kenyataan... dan biasanya memang di imbangi dengan KHAMER (minuman yang memabukkan) untuk menuangkan daya hayal. selama-Nya kau tetap pecundang yang hanya berani menyorakkan kebiadaban birokrasi tapi tak mampu berbuat apa2. sudah banyak kau ingkari janji, fitnah dan macam2.., semoga tuhan menghukummu dengan kebesaranNya.