Jumat, April 25, 2008

Contradiction

MENJADI manusia sesungguhnya adalah menjadi medium yang menampung aneka macam kontradiksi sikap dan sifat/tabiat. Mengagumi tapi di saat lain juga mencaci. Mencintai tapi kadang juga membenci. Idealis tapi lain waktu juga pragmatis. Mengharap tapi kadang juga menampik. Tulus kadang juga berpamrih. Mengasihi tapi kadang menyakiti. Dan banyak lagi hal-hal yang inter-oposisionis alias kontradiktif dalam diri anak-cucu Adam yang konon ditahbiskan sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk lainnya. Tapi kesempurnaan itu ternyata adalah kesempurnaan yang retak, kesempurnaan yang tak sempurna. Seperti halnya dunia, yang juga jauh dari sempurna, jauh dari harapan manusia. Maka berbahagialah mereka yang mampu menerima kontradiksi-kontradiksi di dalam dirinya laiknya menerima kehadiran matahari dan kedatangan malam. Seperti kata Andre Gide, “kubiarkan segala kontradiksi bebas bermain di dalam diriku.” Manusia yang tak sanggup mengafirmasi segala kontradiksi, baik di dalam dirinya maupun di alam semesta dan kehidupan sosial, akan terperangkap dalam konflik batin yang menyiksa.


Barangkali Anda masih ingat iklan salah satu produk rokok milik Sampoerna di koran pada kurun 1998-1999 silam: gambar seekor kera sedang menelungkupkan kedua tangannya di atas kepala, dan di sampingnya terpampang tulisan dalam abjad kapital yang berbunyi: SUSAH JADI MANUSIA. Ha ha, tentu saja iklan itu hanya ingin cari perhatian calon-calon mangsanya ... []

Tidak ada komentar: