Selasa, Mei 13, 2008

C o k !!!

dan kisah peluru

Cok! — itulah sebutir kata yang ramping, runcing, dan genting. Sekali pernah kulesatkan kata itu dengan penuh daya kala aku terbakar amarah, kepada adikku, dulu, sekira empat tahun silam, saat kami bersitegang karena berselisih paham atas satu perkara yang memang samasekali tak remeh. Maklum, kami sama-sama lelaki, sama-sama tempramental pula.

Cok! — sebutir peluru kaliber 5,56 milimeter itu keluar dari laras bedil Avtomat Kalashnikov-47 (AK-47), senapan hasil kreasi seorang jendral Sovyet-Rusia yang paling digemari kaum gerilyawan separatis di seluruh dunia dan juga serdadu di negeri-negeri sosialis karena akurasi dan kebandelannya yang melampaui M-16 bikinan Amerika.

Tapi adikku tak bertengkorak tulang. Matanya malah tajam menatap ke dalam mataku, menantangku. Sebutir proyektil peluru itu rupanya menumpul dan penyok membentur batok baja kepalanya. Ia justru balik mengumpatku, tak hanya dengan satu kata tapi berbutir-butir peluru diberondongkan ke arahku. Maka aku pun limbung, sadar bahwa sebagai kakak seharusnya aku bersikap sabar dan bijaksana, tak main lesat kata yang selain tak sopan juga amat menjijikkan dan menyakitkan bila diucap penuh amarah. Itulah pertama dan terakhir kalinya aku melesatkan kata yang mirip peluru AK-47 itu kepada orang lain dengan penuh amarah. Dan aku menyesal karenanya.

Dan di hari-hari ini, tepat sepuluh tahun silam, yakni pada medio Mei 1998, ribuan peluru berhamburan dari banyak senapan. Di Jakarta, kali ini peluru-peluru tajam itu diberondongkan dari laras M-16 dan SS-1 bikinan Pindad yang jadi bedil andalan ABRI. Bukan lagi kaliber 5,56 milimeter, tapi 7,6 milimeter. Puluhan-ratusan tubuh bersimbah darah atas nama perjuangan menuntut kebebasan dan keadilan yang tigapuluh tahun lamanya diembat Orde Baru: sebuah rezim yang hiper-paranoid terhadap rakyatnya sendiri, dipucuk-komandoi seorang jendral yang dingin, horor, dan penuh misteri.

Peluru itu tak hanya menyakitkan, tapi juga menakutkan!

13/05/08

Keterangan:

Cok berasal dari kata “jancok”. Merupakan kata umpatan khas Jawa Timur-an, terutama Surabaya dan sekitarnya, Malang, hingga wilayah Tapal-kuda. Kata ini mirip dengan kata “bangsat” dalam bahasa Indonesia, atau “fuck you” dalam bahasa Inggris. Tapi adakalanya kata ini juga berfungsi/digunakan sebagai sapaan akrab antar kawan sebaya. Misal: jancok, kok tambah sugeh ae koen, cok. Artinya: “kok makin bertambah kaya saja kamu” (ini jenis kalimat pujian penuh kekaguman, samasekali tak mengandung unsur umpatan).


Tidak ada komentar: