Selasa, Mei 20, 2008

The Name of The Rose

.: Nen

Nen, ijinkan aku menyapamu dalam catatan ini. Aku rindu pada pertemuan, pada percakapan, pada rerayuan, yang pernah kita lakukan, dulu, empat tahun silam. Aku rindu pada teduh wajahmu, pada ayu dan sederhana parasmu, pada lemah-lembut sikap dan kepribadianmu. Aku rindu Nen, rindu padamu, pada semua itu. Kau ingat dulu pernah kau suapkan sepotong kue bolu padaku, kue bolu bikinan ibundamu itu, di suatu malam minggu, saat listrik padam karena hujan yang mengguyur lebat bercampur angin kencang, dan kita diterangi temaram cahaya lilin di depanku dan di depanmu. Masihkah kau ingat itu, Nen? Ah, betapa romantisnya kita, betapa indahnya, berhadap-hadapan kita mengapit lilin bercahaya keemasan itu…

Kau ingat kubacakan sebaris puisi kepadamu, saat itu? The Name of The Rose, begitu kuberi judul puisi itu, puisi yang kubikin khusus sebagai hadiah sweet seventeen-mu. Karena kau adalah mawarku, paling tidak untuk saat itu. Kau adalah mawar merah merekah di taman hatiku, di kebun sanubariku. Mawar yang indah tanpa sudah, terus merekah menebarkan wangi tanpa henti, penuh janji. Ya, penuh janji. Kau berjanji tiada akan pernah meninggalkan aku. Kau berjanji akan selalu ada untukku, akan kau serahkan seluruh hatimu buatku semata…

Dan bila kau masih ingat, kau tersenyum tersipu-sipu saat mendengar puisi yang kubaca untukmu itu, malam itu. Pipimu merah merona, menantang indahnya cahaya lilin. Dan cahaya lilin itu tersipu malu, berayun-ayun, tak sanggup menyaingi indah rona merah pipimu. Dan aku bersyukur bisa berada di sampingmu, malam itu…

Belakangan aku tahu, Nen, judul puisiku itu persis sama dengan judul sebuah novel karangan Umberto Eco. Aku belum sempat baca novel itu, jadi aku tak tahu berkisah apa ia. Tapi aku yakin itu bukanlah novel yang berkisah indahnya cinta. Atau setidak-tidaknya, andai itu novel cinta maka ia tak akan sanggup menyaingi indahnya kisah romansa kita, saat itu. Juga aku yakin bagimu puisiku itu tetaplah yang terindah dibandingkan karya siapa pun juga, karena ia kubikin dengan seluruh hati dan perasaanku yang melimpah-ruah kepadamu, untukmu seorang. Dan adakah bagi seseorang, puisi yang lebih indah selain yang muncul dari lubuk hati orang yang dicintainya dan hanya diperuntukkan kepada dirinya semata? Aku yakin: tidak ada…

Ah, Nen… kira-kira sebulan lalu aku melihatmu sekilas, saat aku berjalan menyusuri lorong-lorong kampusmu, fakultas ekonomi itu. Dan tahukah kau, ada desir rindu menyeruak di dadaku, rindu pada suasana penuh romansa di sebuah malam minggu dahulu itu. Dan kuputuskan saat itu untuk segera pergi dari kampusmu, kupercepat ayunan langkah kakiku, karena tak ingin aku memandangimu lebih lama lagi, tak kuasa aku menanggungkan rindu itu…

Nen, kau tahu, momen itu memang telah lama lewat, momen malam minggu penuh indah itu, empat tahun silam. Tapi ia masih kerap berkelebat di benakku. Senoktah kisah di malam minggu dahulu itu seperti menghujam dalam-dalam di benakku, terlalu indah untuk terlupakan meskipun sebenarnya aku amat ingin melupakannya. Bukan karena aku tak sudi mengenangnya, juga mengenangmu. Tapi harap kau tahu, Nen, kenangan itu kerapkali menyiksa diriku, membayang-bayangi malam-malamku dengan selimpah sesal: kenapa dulu aku membiarkan tanganmu lepas dari genggaman tanganku, padahal kita sama-sama tak menginginkan ‘tuk lepas, padahal kita sama-sama menginginkan untuk terus bersama-sama dalam cinta. Ah, aku jadi memendam dendam bila teringat itu, dendam pada orang ketiga yang masuk menyampuri kisah kita dan mengharuskan kita berpisah. Ah, sudahlah, tak perlu kuungkit lebih jauh lagi, makin pahit hatiku menuliskannya di sini. Biarlah, kuusahakan ‘tuk ikhlas menerima semua itu…

Rasanya aku tak bisa berlama-lama menyapamu dalam catatan penuh rindu ini, Nen. Kucukupkan sekian saja. Dan ini akan jadi catatan terakhirku tentang dirimu, untuk dirimu, karna kini di antara kita tiada lagi hubungan apa-apa kecuali sebatas teman. Ya, teman, persis seperti saat dulu kita sama-sama belum saling jatuh hati, belum saling merangkai mimpi…

SELAMAT 21 TAHUN — SEMOGA TIAP ASA AKAN KAU GAPAI LEWAT JALAN PENUH BUNGA, BERTABUR BAHAGIA…


Tidak ada komentar: