Senin, Juni 30, 2008

Cerita Kereta

PAGI itu, di atas KA Sri Tanjung yang meluncur kencang bak meteor, menuju Jogja, seorang lelaki duduk di kursi nomor 24A pada gerbong ke-3. Sebuah buku di tangannya: bersampul krem berjudul Fateless. Pikirannya sekilas-lintas nampak khusuk menyimak kisah hidup seorang Yahudi Hongaria saat rezim Nazi-Hitler sedang mengganas di daratan Eropa. Namun saat pikirannya terlihat khusuk menyimak novel memoarik Imre Kertesz itu, hati si lelaki itu berkecamuk; batinnya bercampur-aduk, riuh, gaduh: berbagai rasa tumpah bermain di dalam dadanya, meruah-rekah..


Lelaki menginjak seperempat abad di atas kereta menuju Jogja itu nampak khusuk menyimak buku; namun perasaannya berkecamuk, bercampur-baur — oleh rindu dan kebimbangan pada seorang wanita yang telah mencuri hati dan perhatiannya..


=> Kereta, ya, kereta. Dalam cerita sinema Life is Beautiful, kereta adalah berita durja: ribuan Yahudi dimasukkan gerbong, berdesak-desak mirip ternak, lantas diluncurkan menuju Auschwitz. Di kamp kerja-rodi ala Nazi itu, maut jadi sedemikian dekat dan mengerikan; ajal jadi sesuatu yang banal...


Akhirnya aku sadar,

HIDUP adalah emulsi;

segala hal bercampur-baur, melebur:

suka bercampur duka,

tenang berbaur riuh,

yang fana bersatu dengan yang baka,

yang imanen berkelindan dengan yang transenden,

yang kudus bersanding noda,

kenyataan berpelukan dengan rekaan,

Dan aku pun turut melebur di dalamnya,

tanpa sisa …


Minggu, 29/06/08

di atas KA Sri Tanjung,

masih memikirkanmu...

ah, andai kau turut di sini,

bersamaku:

mengukir perjalanan

memahatkan kenangan…





2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah,wah... kalo ririn sih ga mau,yu.. idup campur aduk gitu..
pengennya.. yang bagus2, yang seneng2 disimpan... yang sedih2.. dibuang,hehehe..

vina mengatakan...

hidup memang penuh warna
dan kereta akan selalu membuatku teringat perjalanan dengannya di sepanjang siang hingga pagi esoknya...