Kamis, Juli 31, 2008

FUNERAL FOR A FRIEND

Ia telah lelah melangkah.

Ia jengah.

Ia kini berhenti meniti.

Hidup tak memberikan apa-apa selain bergurat-gurat luka.

Ia berusaha menangkap makna dari luka-lukanya namun tak jua kuasa.

Bahkan ia tak tahu apa itu cinta.

Bahkan kebenaran dan Tuhan pun ia tak kunjung paham.

Maka ia pernah berteriak.

Ia memberontak.

Tapi entah kepada siapa suara-suara paraunya itu ditujukan.

Sekali waktu ia merengek-rengek.

Lain saat ia meratap pilu.

Kadang juga terbuai mimpi…

Tapi kini berteriak ia tak lagi mampu.

Suaranya mulai memelan.

Lalu redam.

Batang tenggorokan dan ruang kerongkongannya telah mengering.

Semangatnya meluruh.

Asa demi asa yang coba disemainya dalam hidup bertahun-tahun kini telah ranggas.

Segala-galanya sirna.

Hidup dirasainya tak lebih sebagai sebuah ketiadaan yang menampak bayangan.

Serupa fatamorgana.

Tapi ia menderita banyak luka karenanya.

Dan ia lihat banyak manusia berebut ketiadaan itu.

Berdebat.

Berperang.

Atas nama fatamorgana itu.

Dan ia makin bingung.

Makin terluka oleh itu semua…

Ia menangis pilu…

Ia lelaki.

Ia selalu menempuhi jalan-jalan sunyi.

Dan petang hari di awal kemarau ini ia dikuburkan.

Tak jelas mengapa ia mati.

Yang kutahu ia kini telah pulang ke asal mula.

Meninggalkan dunia yang jadi pentas perayaan kehidupan…

Lalu pada batu nisannya kuusapkan duka-laraku.

Dan di atas pusaranya kutaburkan mawar merah bersama burai airmata yang tak kuasa kutahankan…

Penghujung Juli 2008

Dalam selingkuh nyata dan maya…

Tidak ada komentar: